Review Film Akeelah And The Bee

Akeelah
Anderson adalah seorang anak perempuan
berumur 11 tahun. Gadis cerdas dan pintar ini hidup di dalam
lingkungan yang tidak mendukung segala potensi yang dia punya sejak
kecil. Akeelah adalah gadis berkulit hitam yang tinggal di sebuah
daerah permukiman kulit hitam Los Angeles, Amerika Serikat. Daerah
permukiman Akeelah merupakan daerah yang rawan terhadap kekerasan dan
penindasan bisa dikatan tempat tinggal atau lingkungan yang kurang
ideal untuk pertumbuhan anak. Akeelah yang cerdas sama sekali tidak
memperdulikan kecerdasanya, bahkan cenderung tidak perduli terhadap
apa yang dia punya dan kemampuan dia sendiri, lebih parahnya lagi dia
cenderung untuk menyembunyikan kecerdasan yang dimilikinya. Karena
justru jika teman-temanya mengetahui kecerdasan Akeelah dia akan
merasa semakin dihindari teman-temanya.
Akeelah
Belajar di sebuah sekolah yang sangat sederhana. Di sekolahnya salah
satu dari guru Akeelah menyadari akan potensi yang dimiliki oleh
Akeelah. Kemudian Akeelah diminta oleh pihak sekolah untuk mengikuti
perlombaan mengeja. Perlombaan mengeja merupakan perlombaan yang
sangat bergengsi di Amerika pada saat itu. Perlombaan ini akan
mengangkat kebanggaan sekolah. Akeelah tidak begitu saja menerima
tawaran itu, justru dia menolak dengan alasan takut. “saya bisa
kencing berdiri” kata Akeelah kepada gurunya. Selain itu, Akeelah
juga merasa dimanfaatkan oleh sekolah. Dia sadar selama ini dimana
perhatian sekolah kepada dirinya. Kenapa hanya memperhatikan
murid-murid jika ada kepentingan tertentu.
Tetapi,
akhirnya Akeelah menerima tawaran itu karena mendapatkan nasihat dari
kakak kandungnya. Dia bilang ketika kita hidup harus memberikan yang
terbaik bagi semua orang seperti yang dipesankan ayahnya. Akeelah
sangat sayang dan terinspirasi oleh ayahnya. Akeelah berjanji akan
menjadi yang terbaik seperti ayahnya. Setelah Akeelah melihat
tayangan perlombaan mengeja di televisi, Akeelah semakin percaya dia
dapat menjuarai perlombaan tersebut. Mulai saat itu Akeelah berusaha
keras untuk lebih banyak mempelajari kata dan bahasa. Karena dalam
perlombaan yang dinamakan Spelling bee ini peserta akan di tanyai
tentang seberapa banyak kata dalam bahasa Inggris yang bisa kamu eja
dengan baik. Dalam perlombaan Spelling bee, peserta diminta mengeja
kata-kata yang sulit, dan jarang diketahui banyak orang.
Akeelah
ingin membuktikan, walaupun berasal dari keluarga yang tidak mampu
secara ekonomi dan dengan lingkungan sosial yang penuh dengan
kekerasan dan bersekolah di tempat yang tidak termasuk kategori baik,
dengan dukungan dan kasih sayang orang-orang sekitarnya mampu
memperlihatkan kemampuan luar biasa yang tak terduga. Akeelah
berusaha keras untuk memenangi lomba ini dengan belajar sangat rajin.
Seorang dari gurunya memperkenalkan Akeelah dengan seorang pelatih
mengeja yang bernama Dr. Joshua Larabee. Meskipun diawal pertemuan
dengan Dr. Joshua Larabee tidak begitu baik, karena beliau sangat
disiplin. Tetapi akhirnya akeelah mampu beradaptasi dengan baik. Dan
Akeelah berlatih dengan baik, dan pada akhirnya ia bisa lolos
mewakili sekolahnya untuk ikut lomba mengeja tingkat regional.
Ketika
Akeelah mengikuti lomba mengeja tingkat regional, ia nyaris tidak
bisa lolos ke babak selanjutnya lantaran tidak bisa mengeja satu
kata. Akan tetapi, keberuntungan ternyata berpihak kepada Akeelah.
Salah satu peserta didiskualifikasi karena ketahuan curang. Menuju
lomba mengeja tingkat Nasional tidaklah
mudah. Banyak sekali hambatan yang harus dihadapi Akeelah. Ibunya
tidak mengizinkan Akeelah ikut lomba ini karena Akeelah harus
menyelesaikan ketertinggalan pelajaran pada musim panas. Sempat
Akeelah menyerah, dan putus asa ditengah jalan.
Tetapi,
semangat yang diberikan oleh Dr. Larabee membuat dia bangkit dan
bersemangat lagi. Akeelah berlatih sungguh-sungguh dengan Dr.
Larabee. Bahkan, ia berlatih dengan grup mengeja di sekolah Javier
yang jauh dari sekolahnya. Ia bertemu dengan teman-teman Javier, dan
bertemu dengan Dyland Chiu. Dyland adalah seorang anak keturunan
Korea yang memiliki otak yang cerdas. Ia menjadi juara kedua pada
lomba mengeja di tingkat nasional pada tahun lalu. Perlombaan mengeja
tingkat nasional sebentar lagi. Akan tetapi, Dr. Larabee tidak bisa
jadi lagi menjadi pembimbing Akeelah. Dr. Larebee meminta Akeelah
menghafal 5000 kata. Akeelah belajar mengeja dengan orang-orang yang
ada di sekitarnya. Ketika perlombaan nasional berlangsung, Akeelah
harus menyisihkan Dylan sebagai peserta terhebat yang menjadi juara
kedua pada tahun sebelumnya. Konflik mulai memuncak ketika Akeelah
mengetahui bahwa Dyland sering ditekan oleh papanya agar bisa menjadi
juara pada lomba mengeja tahun ini. Suasana semakin menegang. Pada
akhirnya, Akeelah dan Dylan menjadi juara satu lomba mengeja tingkat
nasional.
Dari
film ini, kita bisa mengambil sebuah pelajaran bahwa ketakutan dalam
diri seseorang sering menghambat segala potensi yang dimiliknya.
Ketakutan cenderung akan memberi sugesti buruk terhadap psikologis
yang akan menghalangi potensi seseorang,
apalagi seorang anak yang masih dalam masa pertumbuhan. Tetapi
sesulit dan sebesar ketakutan itu bisa untuk dikalahkan. Ketakutan
itu sebenarnya berasal dari dalam diri kita sendiri dan oleh sebab
itu yang bisa untuk menghilangkan ketakutan itu juga diri kita
sendiri. Kekuatan cinta dapat menjadi dorongan dan motivasi untuk
melakukan sebuah kebaikan seperti cinta akeelah terhadap ayahnya
sehingga mampu memberikan semangat dalam memenangi perlombaan yaitu
perlombaan speeling bee. Dorongan dari pihak eksternal akan mampu
membangun mental dan psikologis yang nantinya akan berdampak positif,
lebih dari itu akan merubah kehidupan menjadi lebih baik.
Amanat
yang terdapat dalam film ini, bagi orang dewasa terutama bagi orang
tua yang sebagai pendorong motivasi anak dapat mengerti dan
mendengarkan apa penjelasan dari anak tersebut sebelum mengambil
keputsan yang akhirnya akan membuat fatal urusan tersebut.
No comments for "Review Film Akeelah And The Bee"
Post a Comment