Motivasi Belajar dan Konsep-konsepnya




Motivasi belajar adalah sebuah dorongan dari internal maupun eksternal seorang individu untuk belajar. Seperti yang dikatakan Sardiman (2011: 75) bahwa motivasi belajar dapat juga diartikan sebagai serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelak perasaan tidak suka itu. Lebih dari itu Djamarah (2008: 149) mengatakan bahwa motivasi belajar adalah motivasi yang berasal dari dalam diri pribadi seseorang disebut “motivasi intrinsik”, yaitu motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa indikator motivasi belajar adalah siswa yang mempunyai minat dan cita-cita yang tinggi dalam belajar, selalu memperhatikan pelajaran dengan seksama, semangat, rajin, tekun dan ada hasrat untuk mencapai keberhasilan disemua pelajaran.

Pengertian Motivasi

Motivasi merupakan faktor penggerak maupun dorongan yang dapat memicu timbulnya rasa semangat dan juga mampu merubah tingkah laku manusia atau individu untuk menuju pada hal yang lebih baik untuk dirinya sendiri. Menurut Mc. Donal dalam Sardiman (2011: 69) mengatakan bahwa; Motivasi adalah perubahan energi dari dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian tersebut Mc. Donald ini mengangandung 3 elemen penting:

  1. Bahwa motivasi itu diawali dengan terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu.
  2. Motivasi ditandai dengan munculnya rasa “feeling” seseorang. Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan.
  3. Motivasi dirangsang karena ada tujuan. Dalam hal ini motivasi sebenarnya merupakan respon dari suatu aksi, yaitu tujuan. Tujuan ini akan menyangkut suatu kebutuhan.

Dengan ketiga elemen tersebut, maka dapat dikatakan bahwa motivasi itu sebagai suatu yang kompleks. Motivasi akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi yang ada pada diri manusia, sehingga akan bergayut dengan persoalan gejala kejiwaan, perasaan dan juga emosi, untuk kemudian bertindak akan melakukan sesuatu. Semua ini didorong karena adanya tujuan kebutuhan dan keinginan. Menurut sardiman (2011: 75) mengungkapka bahwa: Motivasi dapat juga dikatakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka itu. Jadi motivasi itu dapat dirangsang oleh faktor dari luar tetapi motivasi itu adalah tumbuh di dalam diri seseorang.

Dari definisi yang sudah diungkapkan di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah dorongan mental yang akan membuat seseorang bertindak mengarah kepada suatu pencapaian tujuan yang dianggap sebagai kebutuhan. Dorongan mental ini dapat tumbuh dari dalam diri individu dan juga akibat dari adanya rangsangan dari luar. Motivasi merupakan landasan bagi seseorang untuk melakukan suatu tindakan. Hal ini terkait dengan adanya kebutuhan. Jadi, motivasi merupakan dorongan mental yang dapat tumbuh dari dalam diri individu maupun akibat rangsangan dari luar kemudian mengakibatkan seseorang untuk bertindak memenuhi kebutuhannya.

Menurut Maslow dalam Sardiman (2011: 80), dijelaskan bahwa dalam motivasi itu ada satu hierarki, maksudnya motivasi itu ada tingkatan-tingkatannya, yakni dari bawah ke atas. Dalam hal ini ada beberapa teori tentang motivasi yang selalu bergayut dengan soal kebutuhan, yaitu:

  1. Kebutuhan fisiologis, seperti lapar, haus, kebutuhan untuk istirahat, dan sebagainya;
  2. Kebutuhan akan keamanan (security), yakni rasa aman, bebas dari rasa takut dan kecemasan;
  3. Kebutuhan akan cinta dan kasih: kasih, rasa diterima dalam suatu masyarakat atau golongan (keluarga, sekolah, kelompok);
  4. Kebutuhan untuk mewujudkan diri sendiri, yakni mengembangakan bakat dengan usaha mencapai hasil dalam bidang pengetahuan, sosial, pembentukan pribadi.

Pada tingkatan diatas hanya dapat dibangkitkan apabila telah dipenuhi tingkat motivasi di bawahnya. Bila guru menginginkan siswanya belajar dengan baik, maka harus dipenuhi tingkat yang terendah dulu sampai yang tertinggi. Anak yang lapar, merasa tidak aman, tidak dikasihi, tidak tidak diterima sebagai anggota masyarakat kelas, goncang harga dirinya, tentu tidak akan belajar dengan baik.

Pengertian Belajar

Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya Sugihartono (2007: 74). Pada hakekatnya belajar adalah hasil dari proses interaksi antara individu dengan lingkungan sekitar. Belajar dilakukan melalui berbagai kegiatan seperti mengalami, mengerjakan memahami dan sebagainya. Sehingga berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan tergantung pada proses belajar yang dialami oleh siswa. Maka pemahaman yang benar mengenai belajar mutlak diperlukan oleh pendidik.

Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif mantap berkat latihan dan pengalaman (Hamalik, 2003: 14). Sedangkan menurut Slameto (2003:18) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan. Dapat dipahami bahwa belajar adalah suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan dan keterampilan.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses usaha individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungan yang relatif menetap. Aktivitas siswa dalam belajar tidak cukup hanya mendengarkan dan mencatat seperti yang lazim dilakukan pada pembelajaran umumnya. Aktivitas tersebut hendaknya mencakup aktivitas yang bersifat fisik atau jasmani maupun mental atau rohani.

Diedrich dalam (Sardiman: 2011) menyatakan, Bahwa ada 177 macam kegiatan siswa yang antara lain dapat digolongkan sebagai berikut; (1) Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya membaca, memperhatikan gambar, demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain, (2) Oral activities, seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi, (3) Listening activities, sebagai contoh adalah mendengarkan uraian, percakapan, diskusi interup, (4) Writing activities, seperti menulis cerita, karangan, laporan, angket, melayani, (5) Drawing activities, misalnya menggambarkan, membuat grafik, peta diagram, (6) Motor activities, yang termasuk didalamnya antara lain melakukan percobaan, membuat konstruksi, bermain, berkebun, berernk, (8) Mental activities, sebagai contoh misalnya mengingat, memecahkan soal, menganalisa, melihat hubungan, mengambil keputusan, (9) Emotional activities, seperti menaruh minat, gembira, bersemangat, berani, tenang, gugup.

Keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar dengan berbagai aktivitas seperti diuraikan di atas, akan menciptakan suasana belajar yang tidak membosankan dan kegiatan belajar mengajar akan berjalan maksimal. Tujuan belajar adalah sejumlah hasil belajar yang menunjukkan bahwa siswa telah melakukan kegiatan belajar, yang umumnya meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap-sikap yang baru, yang diharapkan tercapai oleh siswa (Hamalik, 2003:73).

Tujuan belajar sangat penting dalam sistem pembelajaran, karena semua komponen yang ada dalam sistem pembelajaran dilaksanakan atas dasar pencapaian tujuan belajar. Jadi tujuan belajar adalah suatu komponen sistem pembelajaran yang menunjuukan hasil belajar siswa tercipta setelah melakukan kegiatan belajar. Tujuan belajar secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

  1. Tujuan intruksional (instructional effects), biasanya berbentuk keterampilan dan pengetahuan.
  2. Tujuan pengiring (nurturant effects), merupakan hasil saringan belajar, misalnya kemampuan berfikir kritis, kreatif dan sikap terbuka.

Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu. Belajar merupakan aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungannya yang menghasilkan perubahanperubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat relatif konstan dan berbekas. Slameto, dalam Krissandi (2017: 69) Ciri-ciri kegiatan belajar sebagai berikut:

  1. Belajar adalah aktifitas yang menghasilkan perubahan pada diri individu yang belajar, baik aktual maupun potensial.
  2. Perubahan itu pada dasarnya adalah diperolehnya kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relatif lama
  3. Perubahan itu terjadi karena suatu usaha.

Berdasarkan pada beberapa pengertian dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses yang dapat menghasilkan perubahan tingkah laku dalam diri manusia. Perubahan ini akan membentuk kemampuan sikap dan perilaku hidupnya. Dengan perubahan tersebut siswa akan mempunyai kemauan untuk berusaha semaksimal mungkin dalam mencapai suatu tujuan tertentu. Sehingga perubahan tersebut dapat memperoleh kemampuan baru yang relatif dapat bertahan lebih lama.

Belajar di bidang pendidikan berhubungan dengan kegiatan mengajar. Pengertian yang umum dipahami orang terutama mereka yang awam dalam bidang-bidang studi kependidikan ialah bahwa mengajar itu merupakan penyampaian pengetahuan dan kebudayaan kepada siswa.

Proses belajar mengajar adalah sebuah kegiatan yang integral (utuh) dan terpadu antara siswa sebagai pelajar yang sedang belajar dengan guru sebagai pengajar yang sedang mengajar. Proses belajar memiliki empat komponen yaitu tujuan, bahan, metode dan alat serta penilaian. Keempat komponen tersebut tidak berdiri sendiri tetapi saling berhubungan dan saling mempengaruhi satu sama lain.

Proses belajar mengajar dapat diartikan sebagai suatu interaksi antara siswa dan guru dalam rangka mencapai tujuannya. Proses belajar mengajar adalah suatru interaksi antar guru dengan siswa yang saling berhubungan dan saling berpengaruh sehingga menumbuhkan kegiatan belajar untuk mencapai tujuan tertentu. Keberhasilan proses belajar mengajar dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti faktor internal (faktor yang berasal dari dalam diri) dan faktor eksternal (faktor yang dari luar).

Faktor internal terdiri dari faktor jasmani dan psikologis, sedangkan faktor eksternal terdiri dari faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat. Faktor sekolah antara lain meliputi metode mengajar, alat atau media pembelajaran, kurikulum dan lain-lain. Faktor keberhasilan pendidikan di sekolah salah satunya menjadi tanggung jawab guru sebagai fasilitator. Hal ini yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yaitu beberapa sifat peserta didik dalam belajar yaitu: cepat dalam belajar, lambat dalam belajar, anak kreatif, anak drop out dan anak berprestasi kurang.

Sikap dan kepribadian guru, tinggi rendahnya pengetahuan yang dimiliki guru, dan bagaimana cara guru tersebut mengajarkan pengetahuan terhadap anakanak didiknya, turut menentukan bagaimana hasil belajar yang dapat dicapai anak. Faktor guru sangat berperan dalam proses belajar mengajar. Guru yang dapat mengembangkan metode mengajar dan media pembelajaran yang sangat membantu siswa dalam menerima materi pembelajaran sehingga prestasi belajarpun meningkat. Keberhasilan proses belajar mengajar dapat ditingkatkan apabila guru mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar mengajar.


Achmad Migy Pratama Wicaksono
Achmad Migy Pratama Wicaksono Saya seorang amatiran yang sotoy tapi baik

No comments for "Motivasi Belajar dan Konsep-konsepnya"