Review Buku Penjahat Gaya (Orde) Baru: Eksplorasi Politik dan Kriminalitas karya James T. Siegel


Tugas essay foto pada kuliah etnofotograsi beberapa waktu yang lalu akan lebih mantap jika membaca buku karangan Antropolog dari Universitas Cornell yaitu James T. Siegel. Adapun bab yang paling sesuai dengan kajian etnofotografi adalah bab kelima yang berjudul Kontra-Revolusi Masa Kini: Bukan Satu atau Banyak Cerita-Kata-kata dan Foto. Foto dapat menjelaskan banyak fenomena dan foto dapat membuat suatu kedudukan tertentu seperti diceritakan olah Siegel setelah melihat format lay out penempatan foto di Harian Pos Kota. Analisanya mengarah pada foto tersangka di tempatkan pada sebelah kiri sedangkan kepala polisi pada bagian kanan. Kiri identik dengan hal yang buruk, sementara kanan adalah hal yang baik.  Latah, Tato, Gali (preman), Senjata, Komunikasi searah dan setting kengerian adalah isi dalam buku ini yang semuanya dihubungkan dalam mengungkap kebijakan politik pada masa lalu yang militeristik dan kontra revolusi. Fungsi sebuah caption dalam sebuah foto, tidak hanya sebagai penjelasan apa yang tergambar dalam foto namun dapat menjadi bagian pengalihan ‘isu’ atau lapisan yang membuat kematian menjadi lebih mati lagi.
Buku Penjahat Gaya (Orde) Baru merupakan karya etnografi yang berasal dari penelusuran mendetail dari berita dari Koran ‘kuning’ Pos Kota yang berisi berita kejahatan dan kecelakaan. Buku ini merupakan eksplorasi politik dan kriminalitas yang dilihat dari pencitraan sosok penjahat, aspek paternalistik, kejahatan dengan pelaku yang di luar dugaan serta membandingkan gaya bahasa berita yang sama antara Pos Kota dengan Tempo. Membaca buku ini kita dibawa pada alur yang tidak biasa, lintas waktu namun penuh diskusi yang membuat kita akan merenung dan berusaha merekontruksi. Itulah wacana pasca strukturalisme yang berusaha membedah suatu fenomena dengan diskursus wacana dan dekonstruksi struktur yang telah baku.
Terdapat hubungan yang sinergis dalam buku ini antara kriminalitas, penjahat, komunis dan kematian. Citra penjahat dan pelaku kriminalitas digambarkan dengan orang dengan mata bagian mata yang tertutup garis hitam. Kekuatan media saat itu terletak pada pembuatan judul yang kerap membuat orang langsung menyimpulkan bahwa kejahatannya adalah sebuah kejahatan yang tidak bisa dimaafkan dan kerap kontroversial, misalnya berita tentang pembunuhan dan pemerkosaan istri tentara, Pembunuhan disertai pembakaran pada seorang polisi, pelaku kriminal dari kalangan anak-anak, perilaku incest sampai pemalsuan sepatu Aspal (Asli tapi Palsu) dengan melibatkan orang dalam.
Beberapa catatan saya setelah membaca buku ini, diantaranya: pertama, perbandingan yang bertolakbelakang tentang suara rakyat pada era Soekarno dengan Soeharto. Jika Orde Lama menganggap suara rakyat adalah pembentuk legitimasi dan menyuarakan semangat kebangsaan, nasionalis dan revolusi. Justru pada masa Orde Baru suara rakyat adalah suara penguasa sendiri yang telah baku dan rakyat harus mengikutinya; Kedua, Kriminalitas jika berasal dari golongan yang tidak dekat dengan penguasa kerap disamakan dengan komunis dan menjadi ancaman stabilitas nasional, artinya kekuatan dan campur tangan negara yang menentukan sosok kriminal; Ketiga,ketakutan pemerintahan Orde Baru ada pada dua hal yaitu mahasiswa yang vokal dan komunisme, khusus yang terakhir rezim Soeharto melakukan proses disartikulasi yang berusaha memisahkan antara referensi dengan pihak referennya yang nantinya memunculkan bahwa penjahat adalah ‘hantu-hantu’ sisa komunis yang mengancam; Keempat, Rezim Orde Baru menciptakan segala desas desus yang disebarluaskan dengan pengawasan dan evaluasi penuh yang kembali kepada negara lagi, hal ini digunakan untuk memperkuat legitimasi negara dengan mengesampingkan rakyatnya sendiri. Terdapat hal-hal ‘kontekstual’ versi negara yang mengganggap bahwa pelaku kriminal adalah ancaman stabilitas, namun jika pelakunya orang-orang tertentu disebut sebagai oknum dan tersangkut masalah kejiwaaan. Contoh lain adalah anggapan bahwa orang desa adalah orang yang bodoh dan mempunyai sikap yang masa bodoh pada hal-hal yang dianggap negara dapat mamajukan kehidupan mereka sendiri; Kelima, visualitas tindak kriminal dan hubungannya dengan politik dijelaskan dalam buku ini secara detail dalam konteks historis sampai psikologi.

Reviewer: Roikan (roydmonkey@gmail.com) / https://etnofotografiub.wordpress.com/2012/12/29/review-buku-penjahat-gaya-orde-baru-eksplorasi-politik-dan-kriminalitas-karya-james-t-siegel/
Achmad Migy Pratama Wicaksono
Achmad Migy Pratama Wicaksono Saya seorang amatiran yang sotoy tapi baik

No comments for "Review Buku Penjahat Gaya (Orde) Baru: Eksplorasi Politik dan Kriminalitas karya James T. Siegel"