Globalisasi dan Antropologi - Iwan Meulia Pierus

Dalam
makalah yang berjudul “Globalisasi dan Antropologi” ini Iwan
Meulia Pierus bermaksud memberi orientasi tentang bagaimana
globalisasi sebagai konsep yang juga memiliki bermacam pengertian
yang dapat dijelaskan secara antropologis dengan melihat dimensi
kulturalnya. Bagaimana disini ia memberi satu orientasi konsep
tentang globalisasi ini memiliki banyak sekali pengertian yang akan
ia jelaskan secara antropologis dengan menjelaskan segala hal di
dunia ini dengan sifatnya yang holistik, juga tidak meninggalkan
dimensi kultural yang menjadi kekhasan penelitian dalam dunia
antropologi.
Anggapan
mengenai globalisasi disini adalah kata yang jamak di ucapkan. Ia
melihatnya sebagai discourse, kata globalisasi ini tersebar
dalam berbagai wilayah, terutama wiayah akademis seperti ekonomi,
politik, sosiologi dan antropologi. Memang dalam wilayah akademis
tidak asing dengan kata global ini. Dalam disiplin ilmu antropologi
globalisasi adalah bukanlah kata khusus yang “miskin” definisi.
Konsekuensi dari kata ini banyak masalah dalam pemaknaan konseptual,
dalam pemaknaan konseptual ini persis seperti yang dialami oleh
disiplin ilmu antropologi dalam membedah konsep kebudayaan. Konsep
kebudayaan ini dikembangkan berdasarkan asumsi-asumsi teoritis
berbagai madzhab tentang hukum-hukum umum yang berlaku dalam
menjelaskan keteraturan masyarakat. Dalam menjelaskan berbagai konsep
kebudayaan ini terdapat berbagai pendekatan di dalamnya, yaitu:
- Pendekatan Ekologis
Pendekatan ekologis ini
melihat kebudayaan sebagai hasil strategi adaptasi yang rasional
terhadap variasi lingkungan alam.
- Pendekatan Simbolik
Pendekatan Simbolik
melihatnya sebagai sistem makna-makna.
- Pendekatan Kognitif
Mendekatan kognitif
melihatnya sebagai sistem pengetahuan klasifikatoris, demikian juga
aliran klasik yang lebih melihat “wujud”-nya sebagai totalitas
yang menjelaskan segala hal di dunia ini dengan sifatnya yang
holistik.
Globalisasi
ini adalah suatu hal yang baru yang mempengaruhi berbagai pemikiran
dalam kehidupan manusia pesoalan globalisais ini juga mengundang
kontroversi dan kubu. Sebagian pihak melihatnya sebagai suatu gejala
positif dan optimis, sementara yang lain menganggap negative dan
skeptif. Disini ia menerangkan cara yang paling mudah untuk masuk
kedalam pembahasan globalisasi, caranya adalah melihatnya dari sudut
pandang ekonomi politis praktis karena pandangan ini sangat empiric,
diulas secara nasional dalam surat-surat kabar dan memiliki
konsekuensi dan data tak terbantahkan. Contoh polarisasi ekonomi bisa
menjadi ilustrasi awal tentang signifikannya persoalan globalisasi.
Dalam
pembicaraan mengenai globalisasi ini terdapat dua pandangan yang
berbeda mengenai globalisasi dan polarisasi ekonomi, yaitu pandangan
neo-liberalisme (sudut pandang kapitalisme) dan pandangan anti
neoliberal yang meneruskan warisan Marxisme.
Pandangan
Neo-liberalisme
Menurut kaum
neo-liberalisme terdapat bukti-bukti yang meyakinkan bahwa kondisi
ekonomi dunia mengalami perbaikan terus-menerus semenjak semenjak PD
II hingga saat ini. Disini dicontohkan dengan catatan dari bank dunia
tentang keputusan Cina untuk membuka pintu terhadap pasar bebas.
Anti Neo-liberalisme
Anti neo-liberalisme ini
adalah satu aliran pengikut sorang ekonom yaitu Marx yang disebut
Marxisian. Menurut kelompok Marx ini menentang aliran
neo-liberalisme. Globalisasi semakin memperlebar jurang kemiskinan.
Disini ada berbagai laporan dan contoh dimana yang pendapatannya
rendah tidak bisa naik dalam kurun 10 tahun terkhir itu, sedangkan
yang penghasilannya tinggi malah semakin tinggi. Istilahnya yang
miskin semakin miskin dan yang kaya semakin kaya.
Castells
mengatakan bahwa hanya segelintir orang saja yang berperan
menjalankan roda ekonomi global, meskipun seluruh penduduk dunia
terlibat dalam jaringan ekonomi global (kecuali daerah yang
terisolasi). Robertson dan Giddens mendefinisikan tentang ruang dan
waktu yang berpengaruh terhadap aspek-aspek lokal yang tidak
tersentuh. Definisi dari keduanya berusaha menjelaskan globalisasi
sendiri lebih tepat dimaknai sebagai bekerjanya factor pada saat yang
sama. Dalam hal ini Appadurai juga menawarkan konsep-konsep
antropologis melihat fenomena globalisasi yang merupakan modifikasi
dari konsep imagine communities. Dalam hal ini bagaimana
disiplin ilmu antropologi dapat membedah konsep globalisasi yang
menjadi perdebatan dalam disiplin lain. Konsep globalisasi ini juga
berkaitan erat dengan kebudayaan, yang mana konsep ini menerangkan
kebudayaan yang mengglobal ataupun yang melokan, tentang difusi,
atapun akulturasi dan juga berbagai gejala budaya lain yang mana
semuanya disebabkan oleh adanya globalisasi.
No comments for "Globalisasi dan Antropologi - Iwan Meulia Pierus"
Post a Comment