Sekilas Mengenai Buku : Bergaya di Kota Konflik, Mencari Akar Konflik Ambon Melalui Gaya Hidup Anak Muda
Penelitian
yang dilakukan oleh Hatib Abdul Kadir (2009) dalam bukunya yang
berjudul “Bergaya di Kota Konflik, Mencari Akar Konflik Ambon
Melalui Gaya Hidup Anak Muda”. Buku ini menjelaskan bagaimana
konflik di Ambon selama ini dikaitkan dengan gaya hidup anak muda
Ambon. Dalam hal ini, yang menjadi sentral dari kajian dalam buku ini
adalah pertama, melakukan analisis dengan menarik benang merah
kesejarahan gaya dan gengsi tubuh selama masa kolonial Belanda di
kota Ambon.
Orang
Ambon disebut sebagai Black Dutcmen karena kebanggaan mereka
dalam mereplikasi gaya masyarakat kulit putih dan indo. Dengan
bergaya sebagai Belanda, anak mudanya merasa jauh lebih baik dan
bergengsi dibanding etnis manapun, baik itu pendatang Jawa, Minahasa
bahkan orang-orang dari Cina. Kedua, buku ini melihat sejauh mana
imaji terhadap gaya anak muda di kota-kota besar di Jawa dan juga
gaya anak muda dari wilayah pinggiran di sekitar kota Ambon, yang
kemudian dikonstruksikan dan dikomparasikan dengan karakterisasi gaya
urban anak muda Ambon itu sendiri. Ketiga, mengamati pada tiga titik
konsentrasi keramaian anak muda di tiga ruang publik, yakni di Ambon
Plaza, Jalan Pattimura dan Lapangan Merdeka. Di tiga titik inilah
anak muda saling berkonsentrasi gaya, saling mengoreksi kelebihan dan
kekurangan perangkat tubuh yang disandang, ditambah dengan gengsi
yang harus tetap dipertahankan di depan khalayak publik.
Buku
ini berlatarbelakang dari gaya dan gengsi anak muda Ambon, ketika
mereka di daerah Ambon sendiri maupun ketika mereka berada di luar
Ambon. Dalam hal ini gaya dalam berpakaian menjadi seperti sebuah
ikon anak muda Ambon. Gaya tubuh anak muda Ambon disini dijelaskan
dengan dua pendekatan yaitu sinkronik dan diakronik, pendekatan
sinkronik disini dijelaskan dengan teori interaksionisme simbolik
Arthur. S “interaksi atau perbincangan dengan diri sendiri dan
masyarakat, sedangkan pendekatan diakronik disini dijelaskan dengan
gaya anak muda yang tidak lepas dari sejarah kolonial. Kajian dalam
buku ini mencakup berbagai pendekatan, studi tubuh dan perkotaan,
youthology (ilmu yang mempelajari tentang anak muda),
poskolonial dan cultural studies. Tulisan diatas cukup
menginspirasi terbangunnya pola pikir mengenai anak muda dengan latar
belakang gaya dan gengsi anak muda di Ambon.
No comments for "Sekilas Mengenai Buku : Bergaya di Kota Konflik, Mencari Akar Konflik Ambon Melalui Gaya Hidup Anak Muda"
Post a Comment